Selasa, 29 Oktober 2013

Hold My Hand

Diposting oleh Unknown di 12.21
Source : google, edited by Monik




Mata dianugerahkan untuk melihat kan? Tentu!

Lalu, apa mataku juga di anugerahkan untuk melihatnya?

Pria berkulit putih, tinggi dan badan proporsional itu terus melintas di pikiranku setelah beberapa detik yang lalu melintas tepat di hadapanku. Sambil memainkan ponselnya aku bisa melihat matanya yang teduh dengan hidung kecil dan rambut hitam cepak yang semakin membuatnya tampak berkarisma.

Beberapa menit berlalu, nyatanya bayangan wajahnya masih terngiang-ngiang di benakku. Ini sungguh keterlaluan! Apa kata teman-temanku nanti kalau mereka tahu aku memutuskan jatuh cinta pada pria yang hanya aku lihat sekejap mata. Hanya beberapa detik! Ini benar-benar sudah di luar batas.

Akhirnya aku pun memutuskan untuk kembali fokus pada gadget-ku yang masih membuka aplikasi messenger yang dari tadi sedang aku gunakan untuk mengabari keluargaku yang di Indonesia kalau sebentar lagi aku akan pulang ke Indonesia setelah beberapa bulan bekerja magang di salah satu Negara yang terkenal dengan patung singanya—Singapura.

Suara operator yang memberitahu bahwa waktu boarding telah tiba menyadarkanku dari semua lamunan dan khayalanku tentang pria tadi. Sendirian aku berjalan menuju tempat boarding tanpa ditemani siapapun, ya karena memang aku memilih untuk magang di luar negeri sendirian, tak ada teman satu kelasku yang setuju ikut bersama. But, it’s okay! Aku juga lebih senang sendirian.

Setelah semua prosedur sebelum berangkat aku lakukan, akhirnya aku tinggal menunggu pesawat take off sekitar 45 menit lagi di ruang tunggu. Sofa berwarna jingga tua yang kududuki memberi rasa nyaman setelah cukup lama aku naik taksi dari apartemen tempat ku menginap menuju ke bandara. Mataku yang tampaknya belum kunjung lelah di pukul 9 malam waktu setempat ini bergerak kesana kemari melihat sekeliling hingga tanpa kusadari semuanya berubah menjadi gelap.

***

“Hei, bangun. Sebentar lagi take off, kita harus segera ke pesawat.”

Bisikan pelan menyadarkanku dari tidur yang rasanya amat panjang. Aku masih mencoba berpikir dalam hati ketika suara bisikan itu muncul. Apa aku tertidur barusan? Sudah berapa lama aku tertidur? Perasaanku mendadak tak enak karena khawatir akan ketinggalan pesawat. Namun sebelum perasaan khawatir itu semakin besar, jantungku justru lebih dulu berdegup kencang. Karena tiba-tiba aku merasakan aliran hangat meresapi setiap lapisan kulitku. Ada sebuah tangan yang menggenggamku lembut. Mataku pun menangkap wajahnya, wajah pria yang kulihat sekilas tadi. Pria dengan tubuh proposional, rambut cepak, kulit putih dan mata teduh.

“Hei, kamu tahu?” tanyanya setelah kami memberikan tiket pesawat kami pada petugas.

Aku memiringkan kepala tidak mengerti. Nyawaku pun sepertinya belum berkumpul setelah aku tertidur tadi, sehingga membuatku masih seperti orang linglung.

“Kita bersebelahan tempat duduknya. Jadi—“

Tiba-tiba ia berhenti sambil menunduk dan tersenyum tipis. Sementara tangannya masih menggenggam tanganku lembut. Sementara aku hanya pasrah dipegang olehnya dengan wajah yang masih terheran-heran.

“Jadi, aku masih bisa memegang tanganmu kan?” tanyanya lembut dan manis.

Seketika itu juga aku tersadar, aku bukannya pasrah tanganku dipegang olehnya.

Tapi aku memang menginginkannya.



~Fine~

0 komentar:

Posting Komentar

 

MonikAuthor Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review