Berhenti. Jantungku kini sebentar lagi akan berhenti, aku
tahu itu.
Suara nyaring dari mesin penanda detak jantung disampingku
terus berbunyi memekakkan telingaku. Aku tahu kalau sebentar lagi aku akan
pergi meninggalkan dunia yang penuh dengan kepalsuan ini dan aku juga akan
meninggalkan otakku yang penuh dengan wanita itu.
Sekali lagi suara penanda detak jantung itu kembali berbunyi
pelan, sangat pelan. Dan hanya ada satu kata yang berlari-lari pelan dan
terkadang berjalan anggun di dalam pikiranku. Indah.
Ya, masa terindah ketika bersamanya. Wanita lembut, berambut
pendek itu terus tersenyum dalam memori kenanganku. Di ujung jalan ia
melambaikan tangannya sambil tersenyum tipis. Mini dress berwarna pitch
kalem kesukaannya sangat cocok membalut tubuh kecilnya. Seketika itu juga aku
merasakan ada tangan yang menggenggamku yang membuat air mataku otomatis
keluar.
“Geri, aku sayang padamu. Aku rindu padamu.” Ucap seorang
wanita yang menggenggam tanganku itu.
Nyatanya, walaupun mataku tertutup dan tubuhku sudah tak
berfungsi lagi, aku masih bisa merasakan kenangan paling indah itu. Masa
terindahku ketika aku mencium bibirnya yang lembut dan keningnya. Ciuman
pertamaku untuknya setelah satu hari yang lalu kami menjadi sepasang kekasih.
Maafkan aku yang harus meninggalkanmu di hari ketiga kita
jadian. Maafkan aku yang terlalu jahat membuatmu menjadi pendampingku hanya
sebentar saja.
Aku hanya bisa mengukirkan kalimat dalam hatiku kalau “Sekalipun
tak bersama, rasa ini kan tetap selalu ada”
Aku mencintaimu, Sasya.
0 komentar:
Posting Komentar